Karena Jakartabeat telah meluncurkan
sebuah layanan gratis ulasan musik dalam 140 karakter yang akan selalu
terbit tanpa batasan waktu, deadline atau bahkan genre musik bernama @jakbeatreview.
Semua kontributor Jakartabeat malu untuk menyebut diri mereka hipster
namun ada sebuah karakter hipster yang mereka semua derita, keinginan
untuk selalu mendengar musik baru untuk kemudian menuliskannya dalam
bentuk review yang sebagian masih akan muncul di website kami.
Namun beberapa dari kami kadang terlalu
banyak mendengar musik baru dan menuliskan ulasan akan menjadi mustahil
karena keterbatasan waktu dan tempat. Maka oleh karena itu kami memilih
untuk memberikan ulasan dalam bentuk 140 karakter. Twitter review kami
akan mengagregasikan twit awak jakartabeat untuk kemudian dipancarkan
melalui akun @jakbeatreview.
Benar jika menuduh kami mencuri ide ini dari majalah Spin yang
memulainya kurang lebih sebulan lalu. Kami sepakat dengan Christopher
Weingarten, sang jurnalis musik iconoclast yang kini menjadi koordinator record
review Spin, dan bertanggung jawab untuk terobosan 140 karakter, ketika
mengatakan bahwa review kapsul 20 kata di media cetak sudah tidak
relevan karena tidak banyak juga kontribusinya untuk mencerdaskan
pembaca yang sudah menunggu dua minggu demi proses editorial.
Dalam tulisan Roby Muhamad “Perubahan Sosial Dengan Media Sosial” kita sudah diyakinkan tentang betapa kuatnya pengaruh media sosial dalam membantu menciptakan perubahan sosial. Jika media sosial begitu kuat bahkan menciptakan perubahan sosial masa sih tidak bisa membantu membentuk selera konsumen musik? Dan jika anda buru-buru menuduh kami sebagai otoritas yang hendak memaksakan taste dan pilihan musik kami, anda harus ingat bahwa Twitter adalah inkarnasi sosial media yang sangat demokratis. Anda mungkin menjadi follower dan kami menjadi followee namun tombol reply dan retweet adalah sarana umpan balik yang paling ampuh jika anda tidak setuju dengan ulasan kami. Paling tidak anda tidak harus mengirim surat berperangko ke redaksi majalah cetak dan menunggu sebulan untuk terbit di rubrik Redaksi Yth. Oleh karena itu mari kita mulai eksperimen ini, kami ada di @jakbeatreview. Mungkin anda akan semakin lama di Twitter.
Dalam tulisan Roby Muhamad “Perubahan Sosial Dengan Media Sosial” kita sudah diyakinkan tentang betapa kuatnya pengaruh media sosial dalam membantu menciptakan perubahan sosial. Jika media sosial begitu kuat bahkan menciptakan perubahan sosial masa sih tidak bisa membantu membentuk selera konsumen musik? Dan jika anda buru-buru menuduh kami sebagai otoritas yang hendak memaksakan taste dan pilihan musik kami, anda harus ingat bahwa Twitter adalah inkarnasi sosial media yang sangat demokratis. Anda mungkin menjadi follower dan kami menjadi followee namun tombol reply dan retweet adalah sarana umpan balik yang paling ampuh jika anda tidak setuju dengan ulasan kami. Paling tidak anda tidak harus mengirim surat berperangko ke redaksi majalah cetak dan menunggu sebulan untuk terbit di rubrik Redaksi Yth. Oleh karena itu mari kita mulai eksperimen ini, kami ada di @jakbeatreview. Mungkin anda akan semakin lama di Twitter.
Sumber : jakartabeat